Parents, pernah nggak sih merasa bingung bagaimana cara mengapresiasi anak saat mereka melakukan hal baik? Mungkin kita sering refleks bilang, “Pintar banget!” atau “Keren!” Tapi ternyata, cara memuji anak yang terlalu umum bisa jadi kurang berdampak dalam membangun rasa percaya dirinya, lho.
Mengapresiasi anak tak cuma soal memberi kata-kata manis, tapi juga tentang mengenali usaha dan proses yang mereka jalani. Dengan sebuah pujian yang tepat, tak hanya membuat mereka senang dan berseri-seri saat itu juga, tapi kita juga membantu mereka tumbuh jadi pribadi yang lebih percaya diri dan mandiri. Yuk, kita bahas bareng-bareng bagaimana cara melakukannya dengan tepat.
Kenapa Cara Kita Memuji Anak Itu Penting
Seringkali tanpa sadar, pujian yang orang tua berikan ke anak justru bisa membuat mereka lebih fokus pada hasil ketimbang usaha. Misalnya, saat bilang “Wah, kamu memang jenius,” anak mungkin saja akan merasa dihargai ketika berhasil atau terlihat pintar. Padahal, tujuan utama dari cara memuji anak yang sehat adalah untuk membentuk pola pikir yang berkembang (growth mindset), bukan hanya memvalidasi hasil akhir.
Dengan memberi apresiasi terhadap proses dan usaha mereka, anak belajar bahwa kerja keras, ketekunan, dan rasa ingin tahu adalah sesuatu yang layak diapresiasi. Ini akan membantu mereka membangun rasa percaya diri anak dari dalam, bukan hanya karena pujian dari luar.
Selain itu, pemilihan kata-kata yang tepat juga akan memperkuat hubungan emosional antara Mams dan si kecil. Anak merasa dihargai bukan hanya karena hasilnya, tapi juga karena kita memperhatikan langkah-langkah kecil yang mereka lakukan setiap hari. Pola asuh positif seperti ini terbukti bisa meningkatkan kedekatan dan membuat anak merasa lebih aman dalam bereksplorasi.
Jadi, penting bagi kita untuk memahami bahwa cara mengapresiasi anak bukan soal seberapa sering memuji, tapi seberapa tepat dan tulus pujian itu diberikan.
Prinsip Dasar Dalam Memberikan Pujian yang Sehat untuk Anak
Setiap anak punya kebutuhan untuk dihargai dan dikenali usahanya. Tapi kalau salah cara, pujian malah bisa membuat mereka terlalu tergantung pada pengakuan eksternal. Nah, di bawah ini Mams bisa pelajari empat prinsip dasar yang bisa jadi panduan dalam memberikan pujian yang sehat, efektif, dan membangun. Mari kita mulai!
Pertama, Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Kalimat seperti “Kamu hebat karena nilainya 100!” bisa membuat anak berpikir bahwa mereka hanya dihargai saat berhasil. Bandingkan dengan, “Mami bangga karena kamu sudah belajar setiap malam dan tidak menyerah,” yang menekankan pada prosesnya.
Dengan pujian yang meng-highlight usaha, anak jadi lebih terbiasa menikmati proses belajar, bukan sekadar mengejar hasil. Hal ini membantu menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu dorongan dari dalam diri untuk berkembang dan terus belajar.
Kedua, Gunakan Pujian yang Spesifik
“Pintar banget” atau “Bagus deh!” memang terdengar positif, tapi kurang memberi gambaran kenapa anak layak dipuji. Pujian seperti, “Cara kamu menyusun baloknya keren, lho, bisa tinggi begitu dan stabil banget!” memberi informasi yang jelas bahwa kita benar-benar memperhatikan.
Pujian yang spesifik membantu anak merasa seen dan dihargai dengan cara yang lebih personal. Ini juga mendorong mereka untuk mengulangi perilaku positif tersebut karena tahu Parents menyadarinya secara detail dan tulus.
Ketiga, Hindari Label seperti “Kamu Anak Paling Pintar”
Meskipun niatnya baik, label seperti “anak paling pintar” atau “yang terbaik” bisa jadi akan membebani anak. Mereka bisa merasa harus selalu sempurna dan takut gagal. Sebaliknya, Mams bisa menggunakan kalimat yang mengakui usaha tanpa memberi tekanan identitas.
Contohnya, “Meski sulit, tapi Mami lihat kamu tetap belajar dengan tekun dan nggak menyerah. Itu luar biasa.” Kalimat seperti ini mendorong pola pikir berkembang dan membuat anak nyaman mencoba hal baru tanpa takut akan penilaian.
Keempat, Dorong Anak untuk Merefleksikan Usahanya
Sesekali, coba beri ruang untuk anak merefleksikan dirinya. Daripada langsung memuji, ajak mereka berpikir: “Menurut adek, bagian mana yang paling sulit waktu ngerjain tugas ini?” atau “Apa yang bikin kamu bangga dari hasilmu?”
Cara ini tidak hanya menunjukkan bahwa Mams peduli, tapi juga membantu anak mengembangkan kemandirian emosional dan kemampuan mengevaluasi diri. Mereka akan belajar bahwa apresiasi bisa datang dari dalam dirinya sendiri, bukan cuma dari orang lain.
29 Contoh Kalimat Pujian yang Bisa Mams Coba di Rumah
Kadang kita kehabisan ide untuk memuji, ya Mams? Nah, daripada hanya bilang “hebat” terus-menerus, coba deh gunakan beberapa kalimat ini untuk memberikan apresiasi yang lebih bermakna dan mendalam. Bisa disesuaikan dengan usia anak juga, kok!
- “Mami lihat kamu nggak nyerah meski susah. Keren banget semangatmu !”
- “Cara kamu bantu adik tadi bikin hati Mama hangat banget.”
- “Mami bangga banget karena kamu berani bilang, apa yang sedang kamu rasain.”
- “Tadi adek bisa ngantri dengan sabar, itu sikap yang luar biasa.”
- “Waktu kamu marah tapi tetap tenang, itu contoh yang keren cara mengelola emosi.”
- “Terima kasih ya udah berusaha jaga mainan dan barang-barangmu.”
- “Wah, kamu mikirnya kreatif banget pas bikin gambar tadi!”
- “Mama suka banget lihat cara kamu menyelesaikan masalah tadi bareng temanmu.”
- “Kerja kerasmu buat nyelesain PR itu patut diacungi jempol.”
- “Tadi kamu nyoba lagi setelah gagal, itu namanya gigih!”
- “Senang deh lihat kamu berani minta maaf lebih dulu.”
- “Ide kamu barusan cerdas banget, Mama sampai terkesima.”
- “Kamu perhatian banget, waktu temenmu sedih kamu langsung hibur dia.”
- “Tadi kamu bantu beberes tanpa disuruh, terima kasih ya sayang.”
- “Kamu keren deh pilih warna-warna di gambar kamu. Ekspresif!”
- “Waktu kamu cerita, kamu bisa menyusun ceritanya dengan jelas. Good job!”
- “Kamu bisa fokus lama banget hari ini, itu nggak gampang, lho.”
- “Waktu kamu gagal tadi tapi tetap tersenyum, Mama bangga banget sama kamu.”
- “Terima kasih udah dengerin saat Mama ngomong tadi, itu bikin Mama merasa dihargai.”
- “Ternyata kamu inget sama janji kamu sendiri. Nah itu tanda kamu bertanggung jawab.”
- “Tadi kamu bantu temanmu cari pensil yang hilang. Kamu baik banget.”
- “Kamu ngerti banget cara berbagi, temen-temenmu pasti senang main sama kamu.”
- “Kamu belajar terus walau capek, semangatmu luar biasa.”
- “Cara kamu ngelipet baju rapi banget, kayak orang dewasa.”
- “Kamu punya rasa ingin tahu yang tinggi, itu bagus banget buat berkembang.”
- “Waktu kamu cerita bareng teman tadi, kamu bisa gantian ngomong. Itu sopan dan bijak.”
- “Kamu nggak gampang marah waktu adik ganggu mainanmu. Hebat banget.”
- “Kamu beneran perhatian, Mama lihat kamu bikinin adik minum tanpa disuruh.”
- “Ibu suka cara kamu mikir dan nyari solusi sendiri tadi. Kamu bisa diandalkan.”
Kalimat-kalimat ini bisa banget dikatakan dalam situasi sehari-hari, dan tentunya membantu Parents dalam menerapkan cara memuji anak yang lebih sehat dan membangun. Jadi, mana yang paling mau dicoba duluan hari ini?
Semua Anak Ingin Diakui, Bukan Hanya Dipuji
Mams, saat kita memberikan pujian dengan tulus dan penuh perhatian, kita sebenarnya sedang membangun pondasi kuat untuk rasa percaya diri anak dalam jangka panjang. Mereka belajar bahwa mereka berharga bukan karena hasilnya saja, tapi karena proses dan usaha yang mereka lakukan. Di balik setiap “wah keren ya,” anak-anak butuh tahu kenapa mereka keren. Di situlah apresiasi yang tepat bisa bekerja seperti sihir—menguatkan, menenangkan, dan memotivasi dari dalam.
Jadi mulai hari ini, yuk ubah cara kita memuji anak. Nggak harus sempurna kok, yang penting konsisten dan penuh cinta. Karena saat Mams hadir sebagai cheerleader sejati, anak akan merasa cukup dan tumbuh dengan hati yang hangat.
Kalau Mams suka artikel ini, jangan lupa untuk terus pantengin blog Happy Kamper ya! Masih banyak insight parenting, tips aktivitas anak, sampai cerita seru yang bisa menginspirasi hari-hari Mams bersama si kecil.